Monday, May 25, 2009

INTIMA' KEPADA ISLAM

INTIMA’KEPADA GERAKAN DAKWAH

Ikhwati fillah

Jika kita perhatikan perjalanan hidup kita ,kita akan menemukan bahwa Allah telah memberikan kita nikmat dan kurnia yang tidak terhingga kepada kita.Dimulai ketika lahir dalam keluarga muslim dan hingga sekarang Allah masih memberikan kita nikmat iman dan Islam.Berapa banyak manusia yang lahir dalam lingkungan keluarga non muslim hingga dewasa ,bahkan sampai ajal menjemput.Mereka tetap tidak mendapatkan atau menjaga fitrah penciptaannya, yaitu Islam seperti disebutkan dalam hadits, yaitu “kullu mauluudin yuuladu ‘alal fitrah” (tiap bayi dilahirkan atas fitrah Islam).Bukankah ini kurnia besar yang patut kita syukuri?Allah mencela dan mengancam orang yang tidak mensyukuri nikmat dengan siksa yang pedih nanti di akhirat.

Dan ingatlah juga,tatkala Tuhanmu memaklumkan :”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akasn menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-ku,Maka sesungguhnya azabku sangat pedih”(Ibrahuim,/14:7)

Kelimpahan nikmat dan kebaikan yang Allah berikan kepada manusia disebutkan dalam beberapa ayat, diantaranya:
Maha suci Allah di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Al-Mulk/67:1)

Al-Quran mengungkapkan kelimpahan kebaikan Allah dengan ungkapan “tabaarak” yang artinya adalah Maha Pemberi kebaikan yang berlimpah dan tak terhingga.Pengertian ini dapat kita lihat di ayat lain yang menyebutkan:

Dan jika kalian menghitung nikmat Allah ,kalian tidak akan dapat menghitungnya (Ibrahim/14:34)
Hal ini cukup untuk menjadi alasan peribadi bagi seorang muslim untuk bersyukur dan membela Islam .Dalam tinjauan yang lebih luas lagi, Islam bukan hanya agama peribadi ,tetapi juga sebuah arus dan ideologi yang harus diperjuangkan agar nilai-nilainya tersebar dan berjalan di muka bumi ini.Untuk tujuan itu ,maka intima’ atau berafiliasi kepada Islam dan perjuangan dakwah Islam menjadi suatu keharusdan dan wujud dari rasa syukur manusia kepada Allah.

Islam adalah ideologi dan risalah Allah yang harus sampai kepada seluruh manusia atau menjadi rahmat bagi semesta.Tugas besar ini memerlukan orang-orang memiliki komitmen dan loyalitas serta keterikatan yang kuat kepada Islam.Pembelaan dan berpihak kepada Islam merupakan wujud intima’ kita kepada Islam dan gerakan dakwah.Ekspresi kesyukuran kita atas semua nikmat ini harus benar-benar wujud.

Intima’ kepada Islam bukan berarti mengungkung manusia, mengikat manusia dan merasa tidak mergdeka.Sisi lain dari pemahaman intima’ yang dapat diwujudkan adalah seperti yang dikatakan Imam Syafi’i dalam suatu syairnya:

Orang yang merdeka adalah oerang menjaga (merawat) kasih sayang (ukhwah) yang hanya sebentar atau orang yang berafiliasi kepada orang yang telah memberikan manfaat walaupun hanya satu kata.

Dakwah dan Tarbiyah telah memberikan sesuatu yang banyak kepada kiat.Kita bukan hanya menerima ukhwah sesaat dari ikhwah lainnya, bahkan bertahun-tahun kita menjalin ukhwah.Ilmu dan nilai yang bermanfaat buat kehidupan telah banyak kita dapatkan dari murabbi kita, dan juga dari qiyadah.Jika kita telah banyak berhutang kepada dakwah dan pelaku dakwah itu sendiri ,apatah lagi kepada Allah ,sumber segala kebaikan.

Dengan banyaknya kebaikan yang kita dapat dari dakwah dan tarbiyah,maka kita belumn dapat dikatakan merdeka jika kita tidak dapat berterima kasih kepada para dai dan pembimbing kita yang telah menunaikan hak ukhwah kepada kita.Bukan hanya “lahzhah”beberapa minit,tetapi bertahun-tahun kita merasakan kebaikan ukhwah tersebut.

Manfaat yang kita dapat tidak dapat diungkapkan banyaknya, jadi tanpa ragu-ragu kita harus memberikan segala komitmen kita kepada dakwah dan gerakandakwah ini sebagai bukti intima’ kita kepada Islam. Dengan meneruskan misi dakwah semoga kita dapat terus berintima’ kepada Islam dan bersama-sama melakukan amal jama’i.

Jika nikmat Islam kita syukuri dengan wala’ kepada Allah,Rasul dan pemimpin Islam, maka nikmat berukhwah dapat kita syukuri dengan sentiasa memberikan komitmen kepada gerakan dakwah dalam kerja dan ketaatan kepada perjalanan dan proses dakwah.wallahhu a’lam

No comments: