Saturday, December 6, 2008

BIOGRAFI PEMIMPIN

Mereka Yang Telah Pergi

Tokoh-tokoh Pembangun Pergerakan Islam Kontemporer

SIRI 1


Syaikh Umar Tilmisani adalah sosok dai dan murabi. Nama lengkapnya Ustadz Umar Abdul Fattah bin Abdul Qadir Mushthafa Tilmisani. Ia menjabat sebagai Mursyid ‘Am kedua, Hasan Al-Hudhaibi, bulan November 1973.

Tempat, Tanggal Lahir dan Masa Kecil Syaikh Umar Tilmisani.

Garis keturunan Syaikh Umar Tilmisani berasal dari Tilmisan, Al-Jazair, Ia lahir di kota Kairo, tahun 1322 H/1904, tepatnya di Jalan Hausy Qadam, Al-Ghauriyah, Ayah dan kakeknya pedagang kain dan batu permata.

Kakek Syaikh Umar Tilmisani seorang salafi yang banyak mencetak buku-buku karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.Karena itu, ia tumbuh dan besar di lingkungan yang jauh dari bid’ah.

Syaikh Umar Tilmisani mengikuti Sekolah Dasar di sekolah yang dikelola yayasan social tingkat menengah da di Madrasah Ilhamiyah, kemudian masuk Fakultas Hukum.

Tahun 1933, Syaikh Umar Tilmisani tamat dari Fakultas Hukum, kemudian mendirikan kantor pengacara di Syabin Al-Qanathir dan bergabung dengan jamaah Ikhwanul Muslimin.

Syaikh Umar Tilmisani pengacara pertama yang bergabung dengan Ikhwan,mewakafkan pemikiran, dan potensi untuk membelanya. Ia termasuk orang dekat Imam As-Syahid Hasan Al-Banna.Ia sering menyertai Al-Banna di beberapa lawatan, baik di dalam maupun di luar Mesir .Bahkan, Al-Banna sering meminta bantuannya menyelesaikan beberapa masalah.

Syaikh Umar Tilmisani berkahwin saat di bangku Sekolah Menengah Atas.Isterinya meninggal bulan Agustus 1979, setelah menyertainya selama setengah abad lebih.Dari pernikahan ini ia dikurniai empat orang anak, Abid, Abdul Fatah, dan dua puteri.

Kesibukan Syaikh Umar Tilmisani sebagai pengacara tidak membuatnya lupa memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan.Ia banyak menelaah beragam ilmu, seperti tafsir ,hadis,fiqh,sirah,tarikh, dan biografi para tokoh.

Syaikh Umar Tilmisani selalu mengikuti perkembangan berbagai konspirasi musuh Islam, baik di dalam maupun di luar negeri. Ia rajin mewaspadai, mengkaji, menentukan sikap, menentang konspirasi dengan bijaksana dan nasihat yang baik, membantah tuduhan-tuduhan , mementahkan ungkapan-ungkapan dan mengikis syubhat-syubhat yang dibuatnya, dengan kepercayaan diri orang mukmin yang tahu ketinggian nilai agamanya dan kehinaan di selain Islam.Sebab, tiada penolong setelah Allah taala dan tiada agama yang diredhai Allah selain Islam.

Saya mengenal Syaikh Umar Tilmisani tahun 1949, ketika saya pertama kali masuk Mesir, untuk meneruskan studi di perguruan tinggi. Ketika itu ada pertemuan yang dihadiri para tokoh Ikhwan, setelah syahidnya Imam Hasan Al-Banna dan sebelum terpilihnya Mursyid ‘Am kedua, Hasan Al-Hudaibi . Saat itu kami mendengarkan kajian dan nasihat mereka. Dari situ, kami tahu kehalusan budi bahasa ( sopan santun ) , tawadhu’, murah senyum, serta kasih sayangnya kepada para anggota Ikhwan, terutama generasi muda yang sangat ambisius memetik buah sebelum matang dan membalas perlakuan musuh sebanding dengan perlakuannya terhadap Jamaah.

Ustaz Umar Tilmisani memberi nasihat kepada kami agar bersabar ,teguh ,santun,tidak tergesa-gesa , dan mengharapkan imbalan dari sisi Allah taala.

Komitmen Diri Syaikh Umar Tilmisani

Syaikh Umar Tilmisani meninggalkan kesan positif pada orang-orang yang mengenal atau berhubungan dengannya. Ia dikurniai kejernihan hati, kebersihan jiwa, kehalusan ucapan, keindahan pemaparan, teknik berdebat, dan berdialog yang sangat baik.

Syaikh Umar Tilmisani menceritakan komitmen dirinya, “ Kekerasan dan ambisi untuk mengalahkan orang lain tidak pernah menemukan jalan utama masuk ke dalam akhlakku. Karena itu, saya tidak bermusuhan dengan siapa pun kecuali dalam rangka membela kebenaran, atau mengajak menerapkan Kitab Allah Taala.Kalaupun ada permusuhan, maka itu berasal dari pihak mereka, bukan dariku. Saya menyumpah diriku untuk tidak menyakiti seorang pun dengan kata-kata kasar,meski saya tidak setuju dengan kebijakannya, atau bahkan ia menyakitiku. Karena itu, tidak pernah terjadi permusuhan antara diriku dengan seseorang karena masalah peribadi.”

Tidak kelebihan kalau saya simpulkan bahwa siapa pun yang keluar dari majlisnya, pasti mengagumi, menghormati, dan mencintai dai’ unik yang menjadi murid Imam Hasan Al-Banna ini, lulus dari madrasahnya, dan bergabung dengan jemaahnya sebagai dai’ yang tulus dan ikhlas.

bersambung

No comments: